Catatan Kecil Apoteker

Sebuah blog yang berisi tentang ilmu farmasi

Latest Posts

TUGAS FARMASI MASYARAKAT

By 20:23



Nama               : Liya Suci Lestari
NIM                : 05121113112
Kelas               : A
Tanggal           : 21 Oktober 2015
Dosen              : Dra. Liza Pristianty, M.Si. MM.Apt
1.      Termasuk OWA nomor berapakah pil KB?
Jawab:
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 347/MenKes/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib Apotek, pil KB (oral kontrasepsi) termasuk OWA no.1.

2.      Sebutkan macam-macam oral kontrasepsi! Oral kontrasepsi yang mana yang aman untuk ibu menyusui?
Jawab:
Oral kontrasepsi ini terbagi menjadi dua, yaitu Tunggal (seperti Linestrenol) dan Kombinasi (seperti Etinodiol Diasetat, Mestranol Norgestrel, Etinil Estradiol Linestrenoil, Etinil Estradiol Etinodiol Diasetat, Etinil Estradiol Norethindrone, Mestranol Desogestrel dan Etinil Etradiol). Penggunaan untuk obat tunggal, pada siklus pertama harus dengan resep dokter, sedangkan pada obat kombinasi, akseptor dianjurkan kontrol ke dokter tiap 6 bulan.
Oral kontrasepsi yang aman untuk ibu menyusui adalah mini pil.
3.      Sebutkan contoh mini pil!
Jawab:
a.       Micrinor, NOR-QD, noriday, norod mengandung 0,35 mg noretindron.
b.      Microval, noregeston, microlut mengandung 0,03 mg levonogestrol.
c.       Ourette, noegest mengandung 0,5 mg norgeestrel.
d.      Exluton mengandung 0,5 mg linestrenol.
e.       Femulen mengandung 0,5 mg etinodial diassetat.

4.      Bagaimana mekanisme antibiotik menurunkan efektivitas dari pil KB?
Jawab:
Ada beberapa keadaan di mana secara teoritik antimikroba (antibiotika/ antijamur) dapat mempengaruhi penyerapan, metabolisme, dan pengeluaran etilen estradiol, menurunkan potensinya serta dapat menyebabkan pendarahan, bahkan kegagalan KB, yaitu kehamilan. Rifampisin, suatu antibiotika yang digunakan untuk mengobati TBC, adalah yang pertama kali dilaporkan menyebabkan berkurangnya efek pil KB pada sekitar tahun 1971 di Jerman. Di antara 88 wanita yang menggunakan pil KB dan Rifampisin, 62 orang di antaranya dilaporkan mengalami gangguan menstruasi dan 5 orang gagal berKB atau hamil. Rifampisin adalah induser yang poten terhadap enzim sitokrom P450 sehingga meningkatkan proses metabolisme etinil estradiol menjadi senyawa tak aktif, yang pada gilirannya menyebabkan berkurangnya konsentrasi pil KB tersebut dalam tubuh dan menyebabkan efeknya jadi berkurang. Griseofulvin, suau obat jamur, juga dilaporkan memiliki efek yang serupa, yaitu mengurangi efek kontrasepsi oral. Obat jamur lain yang dilaporkan dapat menurunkan potensi pil KB adalah itraconazole, namun mekanismenya belum diketahui secara pasti. Yang menarik, obat kelompok triazol yang lain yaitu ketaconazole dan fluconazole, dilaporkan menghambat enzim sitokrom P450, yang berarti mengurangi metabolisme pil KB menjadi bentuk tak aktifnya, yang pada gilirannya meningkatkan efek pil KB-nya. Namun karena belum ada data epidemiologi yang akurat, masih sulit untuk menyimpulkan secara pasti interaksi obat jamur dengan kontrasepsi oral.
Selain dengan cara meningkatkan kerja enzim pemetabolisme tersebut, antibiotika juga dapat mengurangi efek pil KB dengan cara membunuh bakteri usus yang dibutuhkan untuk memproses etinil estradiol menjadi senyawa bebas yang bisa dire-sirkulasi dan dire-absorpsi. Dengan terbunuhnya bakteri usus yang berguna, yaitu Clostridia, maka proses reabsorpsi obat akan terhambat, kadar zat aktif dalam tubuh menjadi berkurang, yang berarti mengurangi efek pil KB. Antibiotika seperti penisilin dan tetrasiklin dilaporkan dapat menyebabkan kegagalan pil KB. Di Selandia Baru pada tahun 1987, 23% dari163 kasus kehamilan yang dilaporkan adalah akibat kegagalan pil KB karena digunakan bersama antibiotika. Namun sekali lagi, masih terdapat kesulitan metodologi dalam studi ilmiah tentang interaksi obat ini. Karena penggunaan parameter yang berbeda, sebagian  studi menyatakan tidak ada interaksi yang signifikan antara obat antimiroba dengan pil KB, sementara studi yang lain menyatakan sebaliknya.
Sebuah penelitian yang dilakukan pada kelinci, seperti yang dilaporkan oleh sebuah jurnal ilmiah Contraception tahun 1997, menunjukkan bahwa antibiotika amoksisilin tidak memeiliki efek signifikan terhadap kadar etinil estradiol dalam darah, berarti tidak mempengaruhi efek pil KB. Hasil penelitian yang serupa juga ditemui pada antibiotika tetrasiklin. Sebuah studi (tahun 1991) pada 7 orang wanita yang menggunakan kontrasepsi oral dan tetrasiklin secara bersama menunjukkan bahwa tetrasiklin tidak megurangi secara signifikan kadar etinil estradiol dalam darah.

5.      Bagaimana siklus menstruasi menurut Handbook of Nonprescription Drug?
Jawab:
Siklus mentruasi rata-rata berakhir selama 28 hari, namun hanya terjadi pada 15% wanita. Lama siklus terjadi antara 21 sampai 40 hari, mens berlangsung selama 4 hari (±2 hari). Sebagian besar darah hilang selama 1 hari sampai 2 hari.
Satu hari pertama pada menstruasi disebut hari pertama siklus. Yang dimulai dengan fase folikular di ovarium dan fase menstruasi/proliferatif di uterus. Fase folikular bisa terjadi dalam beberapa hari sampai beberapa minggu tetapi berakhir rata-rata pada 14 hari. selama fase folikular, FSH menstimulasi pematangan sekelompok folikel ovarium. Pematangan ini mensekresi erstrogen estradiol yang mengakibatkan pertumbuhan endometrium pada uteri.
                        Sekitar hari ke-8, folikel tunggal menjadi dominan dan pengembangannya yang umum menghasilkan ovulasi hanya satu sel telur. Fase ovulasi pada siklus ini terjadi selama 3 hari. Selama fase ini terjadi gelombang LH (periode 48 jam ketika kelenjar pituitari mensekresi LH kadar tinggi) kemudian mengkatalisir langkah terakhir dalam maturasi ovum dan menstimulasi produksi prostaglandin dan enzim proteolitik yang penting pada ovulasi (rilis ovum yang telah matang).  Estradiol juga menurun pada saat gelombang LH terjadi, kadang-kadang terjadi dengan adanya pendarahan endometrium pada pertengahan siklus. Ovulasi terjadi selama 12 jam setelah gelombang LH. Ovulasi merilis 5-10 ml cairan folikular yang mengadung masaa oosit dan prostaglandin, hal inilah yang menyababkan nyeri abdomen pada sebagian wanita.
                        Fase luteal adalah waktu antara ovulasi dan pematangan pada aliran darah menstruasi. Setelah terjadi ruptur folikel kemudian akan kembali sebagai corpus luteum. Lama fase ini lebih konstan, sekitar 14 hari (±2 hari) dan hal ini konsisten dengan periode fungsional (sekiatr 10-12 hari) pada courps luteum. Corpus luteum mensekresi progesteron, estradiol, dan androgen. Peningkatan kadar estrogen dan progesteon mengubah lapisan endometrial, pematangan kelenjar, proliferasi dan menjadi fase sekretori ketika uterus mempersiapkan untuk implantasi sel telur yang telah difertilisasi. Kadar Progesteron dan estrogen mencapai puncak pada pertengahan fase luteal, dimana fase ini kadar LH dan FSH menurun. (sumber : Handbook of Nonprescription Drug)

            

You Might Also Like

0 comments