INJEKSI DAN MACAM-MACAMNYA
Injeksi
adalah sediaan steril yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam
kulit atau melalui selaput lender. Injeksi dapat berupa larutan, emulsi,
suspense, atau serbuk steril yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih
dahulu sebelum digunakan.
Macam-macam
injeksi
1. Injeksi intrakutan
atau intradermal (i.c)
Biasanya berupa
larutan atau suspense dalam air,volume yang disuntikkan sedikit (0,1-0,2 ml).
digunakan untuk tujuan diagnose. Biasanya yang digunakan adalah larutan
alergenik.
2. Injeksi subkutan atau
hipderma (s.c)
Umumnya larutan
isotonus, jumlah yang disuntikkan tidak lebih dari 1 ml. disuntikkan ke dalam
jaringan di bawah kulit ke dalam “alveola”, kulit mula-mula diusap dengan
cairan desinfektan (etanol 70%). Dapat ditambahkan dengan vasokonstriktor
seperti Epinefrina 0,1% untuk melokalisir efek obat. Larutan harus sedapat
mugkin isotonus, sedang pH-nya sebaiknya netral, dimaksudkan untuk mengurangi
iritasi jaringan dan mencegah kemugkinan terjadi nekrosis (mengendornya kulit).
Jika tidak disuntikkan secara infuse, volume injeksi 3 – 4 liter sehari, masih
dapat disuntikkan secara subkutan dengan penambahan hialuronidase ke dalam
injeksi atau jika sebelumnya disuntik hialuronidase.
3. Injeksi intramuskulus
(i.m)
Merupakan larutan atau
suspense dalam air atau minyak atau emulsi. Disuntikkan masuk otot daging dan
volume sedapat mungkin tidak lebih dari 4 ml. penyuntikan volume besar
dilakukan dengan perlahan-lahan untuk mencegah rasa sakit, sedapat mungkin
tidak lebih dari 4 ml. Ke dalam otot dada dapat disuntikkan sampai 200 ml,
sedang otot lain volume yang disuntikkan lebih kecil.
4. Injeksi intravenous
(i.v)
Merupakan larutan,
dapat mengandung cairan yang tidak menimbulkan iritasi yang dapat bercampur
dengan air, volume 1 ml sampai 10 ml. Larutan ini biasanya isotonus atau
hipertonus. Bila larutan hipertonus maka disuntikkan perlahan-lahan. Jika
larutan yang diberikan banyak umumnya lebih dari 10 ml disebut infuse, larutan
diusahakan supaya isotonus dan diberikan dengan kecepatan 50 tetes tiap menit
dan lebih baik pada suhu badan.
Emulsi minyak-air
dapat diberikan, asal ukuran butiran minyak cukup kecil (emulsi mikro). Bentuk
suspense atau emulsi makro tidak boleh diberikan melalui intravena.
Larutan injeksi
intervena, harus jernih betul bebas dari endapan atau partikel padat karena
dapat menyumbat kapiler dan menyebabkan kematian. Jika dosis tunggal dan
diberikan lebih dari 15 ml, injeksi intravenous tidak boleh mengandung
bakterisida dan jika lebih dari 10 ml harus bebas pirogen.
Penggunaan injeksi
intravenous diperlukan bila dikehendaki efek sistemik yang cepat, karena
larutan injeksi masuk langsung ke dalam sisrkulasi sistemik melalui vena
perifer. Larutan infuse biasanya mengandung elektrolit dan substansi nutrisi
yang esensial.
5. Injeksi
intraarterium(i.a)
Umumnya berupa larutan
, dapat mengandung cairan non-iritan yang dapat bercampur dengan air, volume
yang disuntikkan 1 ml sampai 10 ml dan digunakan bila diperlukan efek obat yang
segera dalam daerah perifer. Injeksi intraarterium tidak boleh mengandung
bakterisida.
6. Injeksi intrakor atau
intrakardial (i.k.d)
Berupa larutan, hanya
digunakan untuk keadaan gawat, dan disuntikkan ke dalam otot jantung atau
ventrikulus. Injeksi intraarterium tidak boleh mengandung bakterisida.
7. Injeksi intratekal
(i.t), intraspinal, intradunal
Berupa larutan harus
isotonus, sebab sirkulasi cairan cerebropintal adalah lambat, meskipun larutan
anestetika sumsum tulang belakang sering hipertonus. Larutan harus benar-benar
steril, bersih sebab jaringan syaraf daerah anatomi di sini sangat peka.
Injeksi disuntikkan ke dalam saluran sumsum tulang belakang (antara 3 – 4 atau
5 – 6 lumba vertebra) yang ada cairan cerebrospinal.
8. Injeksi intratikulus
Berupa larutan atau
suspense dalam air yang disuntikkan ke dalam cairan sendi dalam rongga sendi.
9. Injeksi subkonjungtiva
Berupa larutan atau
suspense dalam air yang untuk injeksi selaput lendir mata bawah, umumnya tidak
lebih dari 1 ml.
10. Injeksi yang digunakan
lain:
a.
Intraperitoneal (i.p), disuntikkan langsung ke dalam rongga
perut. Penyerapan cepat, bahaya infeksi besar dan jarang dipakai.
b.
Peridural (p.d), ekstra dural, disuntikkan ke dalam ruang
epiura, terletak di atas durameter, lapisan penutup terluar dari otak dan
sumsum tulang belakang.
c.
Intrasisternal (i.s) disuntikkan ke dalam saluran sumsum
tulang belakang pada otak.
PUSTAKA: Anief, Moh.2005. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
0 comments