RANGKUMAN LIKUIDA (buat UTS, Cuy)
BAB: SOLUTIO
1. Permasalahan utama dalam formulasi
sediaan larutan:
a. Kelarutan bahan aktif -> bahan aktif biasanya asam
lemah atau basa lemah -> kurang larut dalam air -> keberadaannya dalam
bentuk molekuler/ terionkan -> dipengaruhi pH media.
b. Stabilitas bahan aktif -> adanya air -> dapat terjadi
berbagai reaksi dan mudah ditumbuhi mikroba.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi
stabilitas sediaan larutan:
a. pH -> stabilitas bahan aktif (kelarutan, reaksi
hidrolisa atau lainnya).
b. Temperatur dan cahaya -> ada reaksi-reaksi -> dapat
terjadi perubahan warna, bau, rasa, kekeruhan, kekentalan -> kalo sampe
melibatkan bahan aktif bisa berakibat terhadap efektivitasnya dan mungkin
menjadi toksik.
c. Kontaminasi mikroba -> karena ada air.
3. Proses pelarutan ada 3 tahap
a. Pelepasan molekul dari kristal solut
b. Pembentukan celah pada solven untuk
menampung molekul solut
c. Penempatan molekul solut ke celah
solven
Jika energi yang
dibutuhkan untuk reaksi 1 dan 2 lebih
besar dari reaksi 3 -> endoterm ->
butuh energi dari luar untuk proses kelarutan.
Jika energi yang
dibutuhkan untuk reaksi 1 dan 2 lebih
kecil dari reaksi 3 -> eksoterm ->
menghasilkan energi. Ex.pelarutan NaOH mengeluarkan panas
Oleh karena itu untuk
mempercepat proses kelarutan butuh pemanasan pada proses endotermik.
Selisih energi reaksi 1
dan 2 dengan reaksi 3 = ENERGI PELARUTAN, makin besar energi pelarutan = makin
susah larut.
4. Faktor-faktor yang berpengaruh pada
proses kelarutan:
a. Interaksi antara solut-solven
·
Polaritas
solven -> like dissolve like
·
Kemampuan
solut membentuk ikatan hidrogen.
·
Gambaran
struktur molekul.
·
Dipengaruhi
energi bebas (entalpi) hasil tiga proses dalam sistem.
b. Pengaruh suhu -> terkait dengan keterlibatan
energi suatu reaksi -> entalpi kelarutan (reaksi endotermik dan eksotermik).
c. Pengaruh pH -> mempengaruhi:
·
Jumlah
terion dan tak terion senyawa elektrolit lemah (asam lemah atau basa lemah)
·
Kelarutan
asam lemah atau basa lemah.
5. Pengaruh pH terhadap sediaan:
a. Drug solubility -> garam yang dilarutkan dalam
air.
b. Drug stability -> adanya proses hidrolisa yang
dikatalis oleh asam atau basa.
c. Drug activity -> aktivitas obat dalam bentuk
molekul dipenggaruhi pH.
d. Drug absorption -> kecepatan absorpsi : derajat
ionisasi dan kelarutan dalam lemak.
6. Persamaan Henderson – Hasselbach
pH = pKa + log ([garam]/ [asam])
kelarutan suatu asam akan meningkat
jika pH naik dan kelarutan suatu basa akan turun jika pH naik.
7. Kelarutan zat dalam air,
faktor-faktornya:
a. Entropi pencampuran: berpengaruh pada pencampuran semua
komponen.
b. Perbedaan gaya kohesi (solut/ solut dan solven/ solven) dengan
gaya adhesi (solut/ solven).
c. Gaya kohesi pada solut : berhubungan dengan energi dalam
kristal solut. Terukur sebagai kelarutan ideal solut, tergantung pada suhu
lebur dan sifat termodinamika peleburan solut.
8. Kelarutan dapat dinaikkan:
a. Penggunaan kosolven: diduga dapat mengurangi tegangan
antar muka.
b. Penghitungan KD: nilai KD yang dibutuhkan untuk
kelarutan suatu zat (solut) harus dapat dipenuhi oleh pelarut yang digunakan
(harganya sama atau mendekati).
c. Solubilisasi: melalui pembentukan agregat koloid
(misel) zat aktif permukaan (surfaktan).
d. Pembentukan senyawa kompleks -> kompleksasi: bergabungnya
antar molekul sanyawa-senyawa organik sampai tingkat tertentu membentuk
kompleks yang larut.
e. Penambahan senyawa hidrotropi -> senyawa hidrotropi: punya
gugus molekul polar hidrofil -> alkohol valensi 1 dan banyak, ester dan
eter. Juga dapat membentuk ikatan hidrogen.
f.
Dibuat dalam bentuk prodrug -> modifikasi kimia obat.
g. Modifikasi kristal: bahan yang amorf lebih mudah larut
daripada bentuk kristalnya.
h. Penerapan prinsip like dissolve like: senyawa polar lebih mudah larut
dalam pelarut polar, senyawa non polar lebih mudah larut dalam pelarut non
polar, senyawa organik lebih mudah larut dalam pelarut organik, dan senyawa non
organik lebih mudah larut dalam pelarut non organik.
i.
Diberikan dalam bentuk garam: asam lemah atau basa lemah diuat dalam bentuk garamnya
sehingga mudah larut air.
j.
Pengaturan pH – pKa: senyawa obat biasanya asam lemah atau basa lemah sehingga kelarutannya
dipengaruhi oleh pH lingkungan.
9. Dapar digunakan dalam sediaan bila:
a. Kelarutan bahan aktif dipengaruhi
oleh pH.
b. Bahan aktif stabil pada pH tertentu (rentang pH stabilitas sempit).
c. Air sebagai pembawa atau media.
10. Golongan pengawet yang sering digunakan dalam
sediaan farmasi:
a. Golongan asam
b. Golongan netral
c. Golongan merkuri
d. Golongan senyawa amonium kuartener
11. Bahan pertimbangan untuk skala
produksi:
a. Batch size:
jumlah bahan, kapasitas alat, waktu (berhubungan dengan efisiensi produksi),
pengemas.
b. Peralatan: jenis alat yang dibutuhkan,
spesifikasi alat, kapasitas obat.
12. Beberapa hal yang harus diperhatikan
saat trial batch atau scale up:
a. Kapasitas produksi.
b. Efektivitas dan efisiensi proses
produksi.
c. Reproducibility (setiap batch yang dibuat harus memenuhi spesifikasi yang sudah
ditetapkan).
BAB: SUSPENSI
1. Karakteristik fisik suspensi yang
baik:
a. Tetap homogen dalam waktu tertentu.
b. Endapan yang dibentuk mudah
diredispersi.
c. Viskositas cukup (terlalu tinggi susah dituang,
terlalu rendah cepat mengendap -> dosis homogen).
d. Partikel harus kecil dan uniform, bebas dari gritty texture (berpasir).
2. Faktor yang diperhatikan saat
formulasi sediaan suspensi:
a. Homogenitas dosis
b. Proses pengendapan
c. Tidak terjadi pemadatan endapan
d. Proses agregasi partikel suspensi
e. Kemudahan pendispersian
f.
Menutupi bau dan rasa yang tidak enak
3. Flocculant -> fungsi: menurunkan
electrostatic repulsive force
atau menambah interparticle attraction.
Flocculating agent:
a. Elektrolit: valensi ion meningkat -> efisiensi
agregasi (ion trivalen> ion divalen> ion mononvalen).
b. Surfaktan: teradsorpsi pada EDL ->
netralisasi atau pembalikan muatan -> penurunan zeta potensial.
c. Polimer: dipengaruhi suhu, solvent, dan
permukaan adsorben.
4. Reologi
a. Pseudoplastik: shearing
stress naik -> hambatan mengalir menurun -> sediaan lebih encer
(koloid, larutan polimer).
b. Plastis: shearing
stress turun -> tidak mengalir sampai shearing stress sama atau lebih besar dari yield
value.
c. Thixotropic: rate
of shear tergantung shearing stress
yang diberikan.
d. Dilatant: hambatan mengalir naik degan
menaikkan shearing stress.
5. Kerugian surfaktan: terbentuk foam, deflocculated system.
6. Hydrophilic colloids: membungkus partikel padat padat hidrofobik dengan cara multimoleculer layer. Kerugian: deflocculated system terutama pada
konsentrasi rendah.
7. Hidrokoloid meningkatkan viskositas
air dengan cara menikat atau dengan menjebak molekul air di antara rantai intertwined macromolecular sehingga menghambat pergerakan air.
8. Humectants: mencegah kristalisasi
bahan terlarut dalam suspensi sehingga mencegah cap locking.
Co-solvent: meningkatkan kelarutan
molekul elektrolit lemah dan non polar tapi bahan aktif tidak boleh larut dalam
kosolven.
9. Antioksidan
a. Untuk mencegah proses oksidasi pada
bahan aktif atau tambahan yang mengakibatkan penurunan potensi atau efek
terapi, perubahan warna, bau, rasa, viskositas sediaan, dll.
b. Beberapa bahan aktif dapat mengalami
autooksidasi (reaksi radikal bebas yang dipicu oleh radiasi UV dan dengan
adanya sedikit O2). Dapat dikatalisa oleh ion-ion logam.
10. Fragrans
a. Untuk menutupi bau yang tidak enak
b. Untuk estetika
Umumnya bentuk minyak
tidak larut air, dilarutkan dengan kosolven atau solubilizer lain.
11. Metode pendispersian hidrokoloid atau
clay
a.
High Shear Mixing
·
Diperoleh
dispersi yang baik.
·
Serbuk
hidrokoloid ditaburkan perlahan pada permukaan/ dinding vortex -> tiap
granul terbasahi. Penambahan serbuk harus sudah seluruhnya sebelum kekentalan
merusak vortex dan mulai memasukkan udara ke sistem.
b.
Use of an Eductor
·
Didapatkan
dispersi yang terbaik.
·
Pakai
funnel and mixing eductor
·
Air
secukupnya dimasukkan ke dalam tangki yang dilengkapi high shear mixer. Mixer
dihidupkan -> hidrokoloid dituangkan ke funnel yang melekat pada lubang di
atas tangki sementara air bergerak. Pada proses ini tiap-tiap partikel
dibungkus oleh air sebelum mencapai permukaan air di dalam tangki ->
mencegah hidrokoloid mengapung.
c. Dry Mix Dispersion: bahan yang larut air dicampurkan terlebih dahulu dengan
hidrokoloid kering untuk membantu
dispersi -> tambahkan perlahan-lahan ke dalam air dengan high shear mixing -> dispersi
hidrokoloid tercapai dalam waktu singkat.
BAB: PENGAWET
1. Mekanisme Kerja Pengawet
a. Modifikasi permeabilitas membran sel
dan kebocoran isi sel (lisis sebagian).
b. Lisis dan kebocoran sitoplasma.
c. Koagulasi irreversible isi sitoplasma
(mis.pengendapan protein).
d. Hidrolisis.
e. Hambatan metabolisme seluler,
mis.menganggu sistem enzim atau hambatan sintesis dinding sel.
f.
Oksidasi
kandungan sel.
2. Pemilihan pengawet
a. Cukup larut dalam air ntuk mendapatkan
konsentrasi yang memadai dalam fasa air dari sistem 2 fasa atau lebih.
b. Proporsi pengawet yang tidak
terdisosiasi pada pH sediaan membuatnya mampu menembus mikroorganisme dan
merusak integritasnya.
3. Pengujian pengawet
a. Penentuan KHM (Kadar Hambat Minimum): konsentrasi
terendah antimikroba kimiawi yang diketahui menghambat pertumbuhan suatu
organisme uji.
b. Pengujian efektifitas pengawet: dengan menginokulasi bermacam-macam
organisme uji pada produksi dengan konsentrasi tertentu pada beberapa tabung.
Kemudian diambil sampel dari tiap tabung pada waktu tertentu dan ditentukan
proporsi inokulum yang hidup.
4. Cara kerja antimikroba
a. Mempengaruhi metabolisme: azida dan sianida ikat besi dari
sitokrom dan cegah fosforilasi oksidatif.
b. Rusak membran: ammonium kuartener rusak struktur
membran dan lemak.
c. Mutagen kimiawi: modifikasi struktur DNA secara
kimia (zat pengalkil)
d. Analog metabolit: sulfonamida antagonis asam p-amino
benzoat.
e. Mempengaruhi sintesis dinding sel: penisilin
f.
Mempengaruhi fungsi asam nukleat: kloramfenikol dan tetrasiklin.
g. Mempengaruhi sintesis protein: streptomisin, kanamisin
5. Skrining kontaminan
·
Tujuan:
mengetahui tipedan jumla mikroba yang mengontaminasi.
·
Dilakukan dengan: sampling udara, sampling permukaan dan peralatan, pengukuran tingkat kontaminasi
pada bahan baku dan sediaan akhir -> mikrokalorimetri, elektroforesis,
penentuan impedansi.
0 comments