Catatan Kecil Apoteker

Sebuah blog yang berisi tentang ilmu farmasi

Latest Posts

TUTORIAL FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS (2)

By 04:12



Kasus berikut merupakan lanjutan kasus tutorial 1:
Sekuen I:
Evaluasi 2 bulan kemudian menunjukkan data gula darah post prandial 230 mg/ dl, data lain normal. Tuan RM mendapat terapi tambahan vildagliptin 50 mg 2 dd 1 tab (terapi obat metformin 2 x 500 mg tetap dilanjutkan). Hasil evaluasi 2 bulan kemudian menunjukkan gula darah terkendali.
Pertanyaan:
1.      Jelaskan alasan pemilikan terapi tambahan pasien (vildagliptin) dengan hasil pemeriksaan gula darah! (tinjau dari mekanisme kerja obat tersebut).
Jawab:
Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa gula darah post prandial pasien sebesar 230 mg/dl, sedangkan data lain normal. Setelah pemberian terapi Vildagliptin 50 mg 2 dd 1 tab, hasil evaluasi 2 bulan kemudian menunjukkan gula darah terkendali. Terapi ini dipilih karena pada pasien DM tipe 2 terjadi defisiensi GLP 1 yang menurunkan respon insulin post prandial sehingga gula darah post prandial pasien tinggi. GLP 1 bekerja meningkatkan sekresi insulin serta menghambat sekresi glukagon, tetapi sangat cepat didegradasi oleh DPP-4 sehingga terapi Vildagliptin sangat tepat karena merupakan obat golongan DPP-4 inhibitor yang menghambat DPP-4 dan mencegah degradai GLP-1. Efek Vildagliptin berlangsung ± 12 jam, obat ini menurunkan kadar gula darah post prandial, tetapi tidak mempengaruhi kadar insulin plasma. Selain itu, golongan obat ini tidak meningkatkan berat badan serta tidak ditemukan kejadian hipoglikemia. Obat golongan ini sering dikombinasikan dengan metformin yang bekerja meningkatkan sensitivitas insulin sehingga dapat meningkatkan uptake glukosa, juga karena tidak ada interaksi obat di antara kedua obat maka penggunaan obat ini aman bagi pasien.

2.      Bagaimanakah aturan penggunaan OAD (Oral Anti Diabetes) tersebut? Jelaskan ESO (Efek Samping Obat) yang potensial terjadi!
Jawab:
Vildagliptin digunakan dengan dosis 50 mg satu atau dua kali sehari. Adanya makanan tidak mempengaruhi absorpsi vildagliptin sehingga dapat diminum sebelum atau sesudah makan. Efek samping yang mungkin terjadi, yaitu batuk dan nasofaringitis. Pada penggunaan jangka panjang, obat golongan DPP-4 inhibitor dapat menyebabkan efek samping imunologis. Akan tetapi belum ada data yang jelas mengenai ESO jangka panjang tersebut, sehingga Vildagliptin relatif aman digunakan.

3.      Kapan dinyatakan gula darah pasien DM terkendali? Berapa nilai gula darah target DM?
Jawab:
Menurut ADA (American Diabetes Association), gula darah pasien DM dinyatakan terkendali apabila nilai gula darah post prandial < 180 mg/dl dan gula darah pre prondial antara 90 – 130 mg/dl.

NB:
Pre prondial = sebelum makan
Post prandial = sesudah makan

Sekuen II:
Tujuh tahun kemudian pasien yang sama MRS (Masuk Rumah Sakit), setelah 3 hari terakhir panas, ada luka di kaki kiri yang tidak kunjung sembuh selama 2 bulan. Tekanan darah 160/ 95, suhu 39ºC, nadi 95/ menit. Hasil pemeriksaan data lab diperoleh:
GDA                           : 400 mg/dl                  HDL                            : 20 mg/dl
HbA1c                                    : 13%                           LDL                            : 200 mg/dl
Na+                              : 137 mmol/L               Kolesterol                    : 250 mg/dl
K+                                :3,5 mmol/ L                TG                               : 278 mg/dl
Cl-                                : 99 mmol/L                 Kreatinin serum           : 2 mg/dl
Hb                               : 11,2 g/dl                    BUN                           : 70 mg/dl
Leukosit                      : 16500/mm3                Albuminuria                : +3
LED                            : 85

Terapi MRS                 : Infus NS
                                      Actrapid 3 dd 8 unit SC (Sub Cutan)
                                      Ceftriakson 2 dd 1 gram
                                      ASA tab 1 x 100 mg
                                      Lisinopril 1 dd 10 mg
KRS (Keluar Rumah Sakit): Metformin 2 dd 500 mg, vildagliptin 2 dd 50 mg, lisinopril 1 dd 10 mg, simvastatin 1 dd 10 mg.

Pertanyaan:
1.      Perhatikan data lab, komplikasi DM apa yang dialami oleh pasien tersebut? Tunjukkan datanya dan jelaskan patogenesisnya!
Jawab:
a.       Data lab : tiga hari terakhir panas, luka di kaki selama 2 bulan tidak sembuh, leukosit 16.500/ mm3 , dan LED 85
Komplikasi: penyakit vaskular perifer, ulcer kaki (foot ulcer), serta infeksi.
Patogenesis: komplikasi kronis ini disebabkan karena adanya komplikasi makrovaskular dan mikrovaskular seperti neuropati, ischemi, serta faktor imunologis. Hal ini menyebabkan luka sukar sembuh pada kondisi hiperglikemia. Pada luka terbuka, sangat besar kemungkinan terjadinya infeksi oleh mikroorganisme. Infeksi ini dapat diketahui dari data leukosit yang meningkat.
b.      Data lab: TD 160/95 mmHg (normal ≤120/80 mmHg) dan Na+ 137 mmol/L.
Komplikasi: hipertensi
Patogenesis: hipertensi yang terjadi akibat adanya komplikasi mikrovaskular serta makrovaskular pada kondisi DM. Selain itu, juga dapat disebabkan karena adanya retensi natrium, obesitas abdominal serta adanya disfungsi endotel.
c.       Data lab: HDL 20 mg/dl (normal >40 mg/dl), LDL 200 mg/dl (normal < 100 mg/dl), kolesterol 250 mg/dl, dan TG 278 mg/dl (normal <159 mg/dl).
Komplikasi: dislipidemia
Patogenesis: pada pasien DM terjadi proses lipolisis yang meningkat. akibatnya asam lemak bebas serta TG mengalami peningkatan jumlah. Adanya defisiensi insulin atau retensi insulin menyebabkan tidak adanya faktor yang menghambat hormon sensitive lipase enzyme. Sehingga julah asam lemak bebas serta TG di sirkulasi darah meningkat karena peningkatan TG erat kaitannya dengan resistensi insulin.
d.      Data lab: kreatinin serum 2 mg/dl, BUN 70 mg/dl, albumin +3, dan Hb 11,2 g/dl.
Komplikasi: nefropati serta mikroalbuminuria.
Patogenesis: gangguan/ rusaknya fungsi dari glomerulus (glomerulosklerosis) mengakibatkan terjadi hiperfiltrasi sehingga kreatinin serum meningkat yang disertai mikroalbuminuria. Dalam kondisi ini jumlah Hb menurun dan bila nefropati berlanjut akan dapat memperparah kondisi hipertensi.
2.      Apa makna dan manfaat data lab HbA1C?
Jawab:
HbA1c merupakan fraksi hemoglobin terglikosilasi (berikatan dengan glukosa à glikohemoglobin) yang dapat memberikan gambaran glukosa darah dalam 120 hari terakhir (2-3 bulan) sesuai dengan usia eritrosit. Pengukuran HbA1c merupakan standar pengukuran kontrol glikemik dalam jangka panjang. Ada beberapa manfaat dari HbA1c, antara lain:
·         Dapat mengetahui gambaran kondisi glukosa darah jangka panjang,
·         Untuk mengetahui adanya hemoglobinopati,
·         Untuk mengetahui adanya anemia,
·         Untuk mengetahui defek membran sel darah merah.

3.      Apa alasan digunakan actrapid untuk pengendalian GD selama MRS? Kapan digunakan?
Jawab:
Actrapid merupakan preparat insulin kerja cepat (rapid action) yang cepat diabsorpsi, yang sesuai dan tepat digunakan bagi pasien DM yang masuk rumah sakit dengan gula darah tidak terkontrol. Diharapkan dengan terapi Actrapid dapat mengendalikan gula darah pasien secara optimal sehingga dapat menekan kondisi yang dialami pasien terutama berkaitan dengan infeksi yang terjadi. Rapid action insulin diinjeksikan sesaat sebelum makan melalui injeksi subkutan (SC) untuk membantu mengendalikan gula darah post prandial.

4.      Jelaskan mengapa luka pada pasien sulit sembuh?
Jawab:
Hal ini disebabkan karena pada pasien DM mengalami neuropati diabetes yaitu suatu keadaan ketika pasien sudah tidak bisa merasakan nyeri pada tempat terjadinya luka dan kondisi hiperglikemia yang dialami juga menyebabkan luka sukar menutup. Selain itu, faktor lainnya ialah kondisi ishemia serta peripheral vascular disease. Peripheral arterial disease menyebabkan disfungsi sel endotel sebagai konsekuensi dari kondisi hiperglikemia yang terjadi dan sifatnya persisten sehingga terjadi peningkatan produksi tromboxan (TxA2) yang menyebabkan hiperkoagulasi plasma. Keadaan ini dengan hipertensi serta hiperdislipidemia akan meningkatkan risiko diabetetic foot ulcer.

5.      Mengapa dipilih ceftriakson untuk pasien di atas? Jelaskan!
Jawab:
Ceftriakson merupakan antibiotik broad spectrum golongan cephalosporin. Obat ini diberikan sesuai untuk kondisi pasien yang sedang mengalami infeksi dilihat dari data lab, yakni peningkatan jumlah leukosit. Selain itu, ceftriakson juga merupakan antibiotik yang efektif dibandingkan golongan cephalosporin lainnya.

6.      Mengapa dipilih antihipertensi lisinopril untuk pasien di atas? Jelaskan!
Jawab:
Dari data lab diketahui bahwa pasien mengalami diabetik nefropati sehingga pemilihan lisinopril sangat sesuai karena golongan ACE inhibitor yang bekerja pada enzim ACE di ginjal dengan cara menurunkan sintesis angiotensin II. Selain itu, lisinopril juga memiliki waktu paruh yang panjang sehingga bisa diberikan satu kali sehari pada pasien.

7.      Mengapa pasien di atas mendapatkan ASA? Bagaimana mekanisme kerjanya? Cukupkah 1 dd 1? Kapan digunakan?
Jawab:
Pasien DM ini mengalami Peripheral Arteriol Disease yang menyebabkan terjadinya hiperkoagulasi akibat peningkatan tromboksan A2 (TxA2) yang merupakan salah satu agregator poten platelet. Sehingga terapi ASA sebagai terapi antiplatelet agar tidak memperparah injeksinya. Selain itu, terapi ini diberikan karena dari data lab LED (Laju Endap Darah) pasien 85 mm/ jam yang menggambarkan fungsinya agregasi platelet sehingga terapi ini sangat diperlukan.
ASA (Aspirin) bekerja menghambat enzim cyclooigenase (COX) sehingga tromboksa A2 tidak terbentuk.
Terapi ASA 100 mg sebagai anti platelet untuk pasien diabetes lebih baik diberikan 2 kali sehari dibandingkan 1 kali sehari. Obat diminum sesudah makan karena ASA bersifat asam dan dapat mengiritasi lambung.

8.      Jelaskan tujuan pemberian dan waktu penggunaan simvastatin? Apa ESO potensial dari obat ini?
Jawab:
Pemberian simvastatin bertujuan untuk mengobati dislipidemia yang terjadi pada pasien. Simvastatin merupakan golongan statin yang bekerja menghambat sintesis kolesterol hepatik melalui penghambatan terhadap enzim HMG Co A reduktase sehingga akan dapat menurunkan LDL dan TG yang meningkatkan HDL. Di samping terapi simvastatin juga mencegah terjadinya arterosklerosis.
Efek samping yang potensial terjadi antara lain:
·         Meningkatnya serum aminotransferase
·         Peningkatan kreatin kinase
·         Rhabdomyolisis
·         Resiko miopati dan hepatotoksisitas
·         Teratogenik




You Might Also Like

0 comments